Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Thursday, September 04, 2014

Syekh Muhammad Ridwan Dalimunthe dan Persulukan Gunung Selamat

Tony
Berjarak takkurang 30 kilometer dari kota Rantauprapat. Atau, tepat dipertengahan jarak menuju Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Labusel), Sumatera Utara makam tokoh sufi itu menjadi tujuan penziarah.

Siapa warga Labuhanbatu khususnya dan Labuhanbatu Utara (Labura) ataupun Labusel, Sumut yang tak mengenal kawasan Gunung Selamat. Terlebih lagi, dengan lokasi pemakaman tuan Guru Gunung Selamat. Kompleks itu sudah sangat terkenal di kalangan masyarakat ke tiga kabupaten itu. Bahkan, sampai ke luar daerah dan keluar negeri. Sebab, di kompleks itu, terdapat beberapa makam tuan guru yang sebelumnya sebagai pimpinan persulukan Tarekat Naqsabandiyah.

Kamis (12/8) mengenderai sepedamotor, penulis dan seorang rekan lainnya meluncur dari kota Rantauprapat. Tujuan utama mengunjungi makam dan kompleks persulukan di Desa Gunung Selamat, kecamatan Bilah Hulu, Labuhanbatu.

Di kompleks itu, penulis dan seorang rekan diterima langsung oleh pimpinan (Tuan Guru) persulukan itu. Syekh Muhammad Ridwan Dalimunthe, penerus pimpinan persulukan itu, menyebutkan kompleks itu sudah relatif lama berdiri. Bahkan, telah memasuki usia 37 tahun wafatnya pimpinan/tuan guru persulukan pertama, yakni Syekh Haji Ibrohim Dalimunthe Al Kholidi Annaksabandi. Dirinya, katanya pimpinan persulukan yang ke 5. Katanya, tuan guru pertama kelahiran tahun 1886 Masehi. Dan, wafat berusia 87 tahun di tahun 1973. “Meninggal 37 tahun silam berusia 87 tahun,” ujarnya. Katanya lagi, tuan guru pimpinan pesulukan itu merupakan murid langsung dari Persulukan Basilam Langkat. “Memang murid dari persulukan Basilam Langkat,” ujarnya. Bahkan, tambahnya merupakan murid angkatan pertama daripersulukan itu.

Ajaran tarekat di kompleks itu, akunya mengikuti ajaran tarekat Naqsabandiyah. Dimana, dalam laku ibadah lebih mengutamakan zikir qolbu. Setelah tuan guru pertama meninggal dunia, pihak Persulukan selanjutnya memberikan kepercayaan kepada syekh Djalalluddin Dalimunthe untuk menjadi tuan guru kedua memimpin persulukan. Dan, tuan guru selanjutnya dipercayakan dipimpin Syekh Syahiri Dalimunthe dan tuan guru Gunung Selamat IV adalah Syekh Harun Dalimunthe. “Pemakaman tuan guru I ketika itu langsung dihadiri oleh Bupati Labuhanbatu Iwan Maksum,” ungkapnya.

Di kompleks itu masih terdapat beberapa bangunan dan fasilitas umum (fasum) yang masih bangunan aslinya. Seperti, Rumah suluk laki-laki, rumah suluk perempuan. Dan, rumah besar peziarahan, rumah batu pahat/makhtab. “Disini dulu sebagai tempat menimba ilmu dan belajar para anak khadam,” ujarnya.

Bahkan, fasilitas yang lain dan memiliki keunikan serta keanehan (kharomah) tersendiri adalah keterdapatan dua buah sumber mata air sebagai sumur pemandian. Yakni, sumur untuk murid laki-laki. Dan, sumber air untuk pemandian murid kaum perempuan. Kata Tuan Guru Syekh Muhammad Ridwan Dalimunthe, persediaan air di sumur itu tidak pernah habis. Meskipun dimusim kemarau. “Alhamdulillah sumur itu justru dapat memberikan air kepada warga sekitar kompleks ketika dimusim kemarau,” imbuhnya. Sumur murid laki-laki dibangun sekira tahun 1950-an. Sementara, sumur murid perempuan dibangun sekira tahun 1960-an.

Persulukan di kompleks itu, ujarnya bersifat continue dan tidak musiman. Sebab, setiap saat ada murid yang melakukan persulukan. Selain itu, kompleks yang terbangun di areal seluas lebih kurang 3 hektare itu juga terdapat areal pekuburan muslim warga sekitar kompleks.

Penulis dan rekan juga diberi kesempatan untuk berkeliling di kompleks itu. Bahkan, memasuki bangunan makam tuan guru pertama dan kedua.

Selain itu, diberi kesempatan menaiki loteng di lantai 4, tempat muadjin melafadzkan najab sebelum mengumandangkan azan. Kompleks itu juga, bukan sekedar tempat bersuluk. Namun, kerap disambangi oleh warga yang ingin berziarah ke makam para tuan guru yang telah meninggal. Sebab, tak jarang warga yang memiliki keterkabulan niat bernazar ziarah ke makam itu. Rata-rata jumlah kunjungan ke makam itu perharinya sekitar 10 orang. Bahkan, pada saat tertentu jumlahnya meninkat tajam. “Ya, kalau HUL biasanya jumlah murid tarekat dan penziarah akan meningkat,” beber Syekh Muhammad Ridwan Dalimunthe.

Tanggal 14 Oktober 2010 mendatang, kompleks itu akan mengadakan HUL ke 37 tahun. Karena biasanya pelaksanaan HUL berdekatan dengan tanggal 15 Dzulkaidah tahun Islam. Diacara itu, direncanakan akan melakukan aqiqah. Dan memberi kesempatan kepada umum untuk mengikutinya. Tapi, dibatasi hanya maksimal sebanyak 21 orang. Juga, akan diselenggarakan suluk 40 hari dan mengadakan pengajian ilmu hikmah dan laduni.

Makam tuan guru Gunung Selamat, Bilah hulu Kabupaten Labuhanbatu kerap disambangi warga untuk ziarah kubur (kompasiana)

Tony / Author & Editor

‘Menempuh jalan suluk’ berarti memasuki sebuah disiplin selama seumur hidup untuk menyucikan qalb dan membebaskan nafs (jiwa)

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates