Now you can Subscribe using RSS

Submit your Email

Sunday, October 28, 2007

Ummat Islam Ketakutan

Tony
26 Maret 2005 - 13:22
Kaum Muslim Siaga Ketika Kelompok Hindu Memprotes Penolakan Visa AS Bagi Menteri Utama Gujarat

AHMEDABAD, India (UCAN) -- Ketakutan kembali menghantui kaum Muslim yang tinggal di Gujarat, India bagian barat, setelah kelompok-kelompok Hindu sayap kanan mulai memprotes penolakan Amerika Serikat (AS) untuk memberi visa kepada Menteri Utama (negara bagian) Narendra Modi.

Ketika kelompok-kelompok Hindu mengorganisir demonstrasi anti-Amerika di Gujarat pada 20 Maret, pemerintah India meminta AS untuk mempertimbangkan keputusan tersebut.

Kedutaan Besar (Kedubes) AS di New Delhi menolak visa Modi pada 18 Maret, seraya mengutip "pelanggaran berat terhadap kebebasan agama" di Gujarat di bawah kepemimpinannya. Modi akan menyampaikan ceramah kepada sejumlah asosiasi India di New York dan Florida pada 20 Maret.

Keputusan Kedubes AS itu muncul setelah kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM) di India menunjuk Modi bertanggung jawab atas kekerasan sektarian yang terjadi tahun 2002 yang mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 orang, kebanyakan kaum Muslim.

Modi memimpin pemerintahan Bharatiya Janata Party (BJP, partai rakyat India) di Gujarat sejak 2001. BJP dianggap sebagai sayap politik dari kelompok-kelompok Hindu yang ingin menjadikan India sebagai negara teokratis Hindu.

Ketika beberapa kelompok ini memprotes apa yang mereka sebut sebagai suatu "hinaan" terhadap nilai luhur agama Hindu dan nasionalisme, kaum Muslim di Gujarat mengatakan bahwa mereka merasa terancam.

"Kenyataannya, kami telah berkemas dan siap mengungsi jika terjadi sesuatu," kata Hamid Attarwala, seorang pedagang Muslim, sambil menunjuk satu kotak berisi barang-barang berharga milik keluarga. Attarwala tinggal di sebuah lorong sempit di pinggir sebuah kota di Ahmedabad, ibu kota perdagangan di negara bagian itu, 915 kilometer barat daya New Delhi.

"Kami tidak bisa menyelamatkan apa pun waktu itu, tapi 'inshallah' (jika Allah mengizinkan), kami bisa menyelamatkan hidup kami," katanya kepada UCA News sambil membawa sebuah kursi plastik yang sudah rusak dari dalam rumah.

Attarwala memilih tinggal di dalam rumah selama reli "swabhiman" (rasa hormat terhadap diri sendiri) yang diorganisir oleh Modi dan para pendukungnya pada 20 Maret di Ahmedabad. Pada reli itu, beberapa pemimpin mengkritik kebijakan AS dan menjelaskan bahwa menolak visa untuk Modi, seorang pemimpin yang dipilih secara demokratis, pemerintah Amerika dianggap menghina India dan konstitusi demokratisnya.

Modi mengatakan pada suatu konferensi pers 18 Maret bahwa pemerintah AS tunduk terhadap "tuntutan dari beberapa LSM yang disponsori teroris." Penolakan visa itu merupakan "suatu penghinaan terhadap harga diri dan kedaulatan India, dan konstitusi India," dan terhadap 5 juta penduduk Gujarat pada khususnya.

Pada reli itu, para demonstran membakar bendera Amerika serta sebuah patung Presiden AS George W. Bush. Beberapa demonstran menyerang Konsulat AS di Ahmedabad.

Makrand Patel, seorang Hindu yang menghindar dari reli itu, menjelaskan bahwa Modi dan para pendukungnya sebelumnya memuji serangan presiden AS ke Afghanistan dan Irak. "Tapi sekarang mereka berubah. Saya khawatir orang-orang ini tidak punya sikap, tidak punya ideologi, dan tidak punya karakter," kata pedagang kayu itu, yang jendela tokonya ditutup separuh di wilayah mayoritas Muslim di Ahmedabad.

Pastor Cedric Prakash SJ mengatakan, ia dan para aktivis yang sependirian memberikan informasi kepada dua anggota kongres AS yang memperkenalkan sebuah resolusi dalam Dewan Perwakilan Rakyat AS. Informasi itu mengkritik tindakan Modi selama kerusuhan 2002.

Anggota kongres John Conyers dan Joe Pitts menunjuk Modi bertanggung jawab atas penganiayaan agama terhadap kaum Muslim, umat Kristen, dan warga suku.

J.S. Bandukwala, seorang Muslim dan aktivis sosial, mengatakan, ia "sangat senang hal ini terjadi." Ia menjelaskan bahwa "kunjungan (Modi) akan sepenuhnya mengesahkan kejahatan yang tak terampuni yang dilakukannya di negeri ini."

Pastor Prakash mengatakan, tidak seorang pun diadili bahkan tiga tahun setelah kekerasan sektarian terjadi. Dalam sebuah pernyataan, imam itu menyesal bahwa pemerintah Gujarat di bawah kepemimpinan Modi "tidak pernah menunjukkan penyesalan atau menciptakan lingkungan yang layak untuk keadilan dan perdamaian di negara bagian ini."

Tony / Author & Editor

‘Menempuh jalan suluk’ berarti memasuki sebuah disiplin selama seumur hidup untuk menyucikan qalb dan membebaskan nafs (jiwa)

Coprights @ 2016, Blogger Templates Designed By Templateism | Distributed By Gooyaabi Templates