03 Mar 07 03:44 WIB
Getaran Menjelang Pilgubsu 2008
WASPADA Online
Oleh Muhammad Khalid, MA
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumatera Utara telah menetapkan jadwal Pemilihan Umum Gubernur Sumut pada tahun 2008. Namun getaran suasana dari hari ke hari kian terasa, bahkan menjadi perbincangan publik baik di kalangan birokrasi sampai masyarakat kedai kopi sekalipun. Sisi lain, suasana ini secara ekonomi mendongkrak oplah media di Sumut dengan tingginya rasa ingin tahu masyarakat terhadap perkembangan terkini.
Dari brosur, kalender, sepanduk sampai acara hajatan massal masyarakat seolah ikut meramaikan bursa figur Sumut, seperti Lundu Panjaitan; Heri Wijaya Marzuki; Prof. Djanius Jamin; Drs. Ibrahim Sakti Batubara, MAP; Raden M. Syafi'i; Sigit Pramono Asri, SE; Chairuman Harahap, SH, MH; Ali Umri, SH, MKn; Drs. Abdillah, Ak, MBA; dan tidak ketinggalan Syamsul Arifin, SE yang lebih akrab dipanggil Bang Haji.
Munculnya beberapa figur bursa kandidat Gubsu menunjukkan bahwa situasi dan kondisi getaran Pilgubsu 2008 semakin terasa yang saya rasakan dan mungkin kita semua. Walaupun getaran yang terjadi belum sampai melakukan polling, jajak pendapat bakal calon apalagi Quick Count (perhitungan cepat) belum dilakukan oleh tokoh, lembaga independent ataupun masing-masing tim sukses, walaupun tidak menutup kemungkinan kelak akan dilakukan.
Mengenal Sosok Bang Haji
Pria yang dikenal dermawan lahir di Medan, 25 September 1952. Anak dari seorang pejuang dan purnawirawan Hasan Perak. Beliau menamatkan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Amir Hamzah Medan. Dibesarkan dalam lingkungan pejuang menuntut dirinya untuk berdisiplin tinggi dan tidak manja. Pria berperawakan tambun sejak kecil telah menunjukkan sosok kepemimpinannnya.
Terlihat jelas dari track record yang dilaluinya menunjukkan jiwa kepemimpinan yang tangguh. Sejak terpilih sebagai anggota dewan termuda non-Parpol pada tahun 1977-1982 dan 1982-1987. Tidak ketinggalan segudang prestasi organisasi penting telah dilewatinya, seperti Ketua KNPI Sumut, Ketua Umum PB. MABMI dan Bupati Langkat 2 periode sampai saat ini.
Sosoknya yang familier, penuh kekeluargaan serta seorang pemimpin yang sangat tidak terlalu peduli dengan keprotokoleran yang terkadang terkesan kaku di mata masyarakat. Pernah suatu acara beliaupun mengatakan bahwa saya telah melanggar hampir 70% etika protokoler, hal itu dilakukan demi kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. Maka tidak heran ketika ia berada di rumah dinas masyarakat, sangat mudah untuk menjumpainya di pagi hari.
Kedekatannya dengan masyarakat terlebih dengan ulama yang keberadaan mereka merupakan sebagai pewaris para nabi, membuat ulama daerah yang bermotto bersatu sekata, berpadu berjaya tidak segan-segan memberikan masukan, nasihat dan tadzkirat untuk memberikan oto-kritik dan nasihat yang membangun padanya, baik melalui surat dan HP sekalipun.
Hal ini dilakukan Bang Haji dengan berprinsip bahwa : "teman yang baik adalah ia mau dan mampu mengingatkan saudaranya jika terlupa atau melakukan kesalahan". Terlihat jelas tanpa adanya rasa malu dan risih sebagai orang nomor satu di wilayah yang bervisi Menuju Kabupaten Langkat Yang Maju dan Sejahtera untuk mencium tangan para ulama di Kabupaten Langkat Khususnya yang senantiasa memberikan arahan, petuah dan wejangan bagi dirinya.
Di samping itu, bang Haji dalam memberikan arahan di berbagai kesempatan, selalu penuh dengan petuah, sehingga orang yang disindirnya pasti akan menerima dengan lapang dada, bagai mampu menarik rambut dalam tepung, rambut tidak putus dan tepung tidak berserakan. Inilah sikapnya dalam menghargai setiap orang.
Siapa pun yang maju menjadi calon Gubsu harus punya komitmen untuk siap kalah, siap menang dan tidak melakukan Black Campaign antar kandidat. Sehingga tidak terjadi konflik di masyarakat lapisan paling bawah serta tidak menafikan kepentingan umat yang lebih besar sebagai prioritas utama. Sehingga tidak terjadi lagi kecolongan yang akhirnya akan menyengsarakan umat di kemudian hari. 15 Abad yang silam Allah telah mengingatkan : "Janganlah engkau mengangkat Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpinmu." Itu baik sebagai Sumut 1 ataupun 2.
Oleh karena itu sangat tepat apa yang digagas oleh petinggi 5 Parpol Islam, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bintang Reformasi (PBR), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) dengan intens melakukan berbagai pertemuan yang tanpak kian akur di antara mereka, untuk menyatukan persepsi bersama intinya untuk mengusung Sumut 1 dan 2 dari kalangan tokoh Muslim yang layak dijagokan tidak terkecuali Bang Haji, (Chairuman Harahap, Alu Umri dll. Bahkan dalam Rakor PKS merekomendasikan untuk mendorong dan mengajak semua elemen kekuatan umat Islam di Sumut untuk menyatukan persepsi dan visi menghadapi Pilgubsu 2008 dan tidak ketinggalan Rakerwil PAN dengan merekomendasikan figur H. Syamsul Arifin bersama Ibrahim Sakti Batubara menuju Sumut 1 dan 2.
Jika ini dilakukan maka figur Gubsu dan wakilnya akan sedikit lebih ringan dalam menyiapkan cost politik, seperti biasa yang dibayangkan setiap orang saat pilkada. Sewa sampan tidak perlu, sebab yang punya sampan juga umat, biaya sosialisasi dan kampanye tidak terlalu besar. Tentu dari, oleh dan untuk umat, dengan tanpa mengesampingkan realitas kemajemukan yang ada. Yang jelas visi Islam yang rahmatan lil'alamin tetap menjadi panduan, sehingga tidak perlu menimbulkan kekhawatiran bagi pihak lain. Hal ini harus menjadi satu kesatuan umat di bawah payung MUI, Al-Washliyah, NU, Muhammadiyah, Ikadi dan parpol yang berafiliasi pada kepentingan Islam dan umatnya, ungkap Muhammad Nuh.
Secara managerial dan leadershif serta dengan berbagai kekurangan yang dimiliki sebagai manusia, maka peluang Bang Haji untuk menduduki kursi Sumut 1 sangat tidak diragukan, bahkan dengan kemampuan komunikasi politik yang dibangun kian membuat namanya menjadi konsumsi publik. Dibuktikan kemampuannya mengemas, memanfaatkan peluang serta peran membangun semangat kebhinekaan, terlihat jelas pada penampilan beberapa etnis di Sumut pada acara Kenduri Rakyat Melayu dan Jawa. Acara ini mampu menghadirkan tidak kurang dari 8000 orang. Di sisi lain ternyata peran media massa sangat membantu mendongkrak citra positifnya di tengah-tengah warga Sumatera Utara. Inilah yang pernah diungkapkan oleh Hasan al-Banna, bahwa: Kemenangan dan kebesaran suatu jamaah (organisasi) harus didukung peran besar sebuah media." Peran media menjadi salah satu penentu kemenangan suatu kandidat nantinya. Walaupun tidak menapikan kandidat yang sudah beredar di masyarakat. Terbukti menangnya SBY-JK atas Megawati-Hasyim Muzadi, Abdillah yang didukung oleh 8 parpol menang mudah atas rivalnya dari PKS.
Di samping itu yang tidak boleh terlupakan, tanpa maksud mengguruinya adalah bagaimana menjalin komunikasi vertikal dengan Allah SWT Sang Pemilik Kekuasaan itu sendiri. Keadaan ini harus senantiasa terbangun dengan baik melalui shalat 5 waktu dan menjaga Qiyamullail di keheningan malam di saat manusia terlelap dalam mimpi indahnya. Apa yang dicita-citakan dan janji Allah akan mengabulkan setiap permintaan hamba, segera akan terwujud (Q.S. Al-Baqarah: 186). Inilah suatu ruh yang mengeluarkan pancaran aura bagi setiap orang yang akan bertemu dengannya, sehingga terwujud rasa simpatik, kebersamaan, kekeluargaan dan senasib sepenanggungan (Q.S. al-Muzammil: 5)
Komunikasi vertikal dapat terwujud melalui shalat rawatib berjamaah di masjid serta melakukan safari Jumat yang terjadwal dengan rapi dengan didasari keikhlasan dan berharap semata pada Ilahi. Walaupun seandainya Allah belum menginginkan baginya, maka Allah sangat tahu apa yang terbaik untuk hambanya dan tidak menjadikan dirinya stres apalagi melakukan hal yang negatife pasca pemilihan.
Di sisi lain yang tidak boleh terlupakan adalah menghindari sekecil apapun kemaksiatan dan dosa yang dilakukan baik sebagai Hamba Allah maupun sebagai top manager dalam mengurusi nasib lebih dari 970.433 orang yang dipimpinnya di Langkat. Objektivitas sejarah dalam Islam telah membuktikan kepada kita betapa maksiat bisa menjadi penyebab suatu kegagalan dalam perjuangan. Dari sekian peristiwa, ada tiga peristiwa besar dapat dijadikan pelajaran.
Pertama, kekalahan dalam perang Uhud yang terjadi karena ketidak disiplinan para sahabat. Ketika itu Rasulullah Saw belum menyatakan perang telah usai. Meskipun musuh-musuh telah meninggalkan gelanggang peperangan karena mendapat serangan yang begitu dahsyat dari kaum Muslimin. Tapi sebagian sahabat justru telah melakukan pengumpulan harta (ghanimah), maka sahabat-sahabat yang lain pun turut serta turun gunung untuk tujuan yang sama. Tanpa terduga musuh yang telah mempersiapkan diri dan mengatur strategi berbalik arah menyerang kaum Muslimin hingga para sahabat kocar-kacir, bahkan sekitar 70 orang sahabat mati syahid dalam pertempuran tersebut.
Kedua, kekalahan dalam perang Hunain meskipun kaum Muslimin berjumlah melebihi pasukan kafir Ouraisy dengan jumlah 12.000 melawan 4000 orang saja. Hal ini terjadi adanya perasaan sombong dan anggap enteng pada lawan akibat jumlah pasukan yang banyak.
Ketiga, dalam evaluasi terhadap kekalahan umat Islam dalam suatu pertempuran, setelah usai dilakukankan suatu penelitian dengan sungguh-sungguh. Sampai pada suatu kesimpulan, ternyata umat Islam menyepelekan akan kesunnahan penggunaan siwak di waktu-waktu yang disunnahkan.
Ketiga iktibar ini harus mampu menjadi pelajaran berharga bagi siapapun juga dalam melakukan perjuangan.
* Penulis adalah Pemerhati Sospol & Kandidat Mahasiswa S3 IAIN Syahid Jakarta